Subscribe

Angklung, bukan sembarang bambu

Angklung merupakan salah satu alat musik tradisional tanah air kita yang terbuat dari bambu. Memang saat ini angklung jarang kita temukan, mungkin karena semakin banyaknya alat musik modern yang saat ini banyak digunakan.

Saya jadi ingat ketika saya masih duduk di bangku SD dulu, bermain angklung merupakan salah satu kesukaan saya. Saya menyukainya karena angklung mempunyai bunyi yang natural dan unik, meskipun saya ketika itu hanya sekedar bisa memainkannya saja tapi saya memiliki kesenangan tersendiri mendengar bunyinya yang unik.

Perlu anda ketahui, sejauh ini bambu yang paling baik untuk membuat angklung berasal dari desa Jampang, Sukabumi. Saya tidak mengetahui mengapa hanya bambu di desa itu yang terbaik, tapi daerah itu memang sudah memproduksi angklung sejak puluhan tahun lalu. Menebang bambu untuk angklung juga tidak bisa dilakukan sembarangan. Waktu yang paling baik adalah antara jam sembilan pagi sampai jam tiga sore. Berdasarkan informasi yang saya dapat, karena sebelum jam sembilan dan sesudah jam jam tiga sore tanaman sedang makan. Ketika itu ada pengiriman makanan serta air untuk tanaman tersebut, jadi kalau pohon bambu ditebang pada saat makan maka kadar airnya lebih tinggi.

Setelah ditebang, batang bambu tidak bisa langsung dibawa pulang. Semua bambu yang sudah ditebang ditegakkan selama satu minggu. Setelah itu bambu dipotong dan direndam dalam air Lumpur sebagai proses pengawetan agar tidak cepat dimakan rayap. Kemudian dijemur pada panas matahari sampai kering. Setelah proses pembuatan angklung selesai, maka akan dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat pengukur (tester) untuk mendapatkan bunyi nada tertentu.

Memang ternyata sangat sulit juga membuat angklung, wajar jika saat ini harga satu setnya cukup mahal. Apalagi mengingat semakin sulitnya mendapatkan bahan baku (bambu) berkualitas saat ini.

1 comment:

Iwan said...

bukan hanya sekedar alat musik, tapi juga alat pendidikan dan penggalang solidaritas bangsa..