Manusia sangat khawatir dengan kondisi yang serba pahit, sedih dan kecewa. Tetapi dia tidak pernah sedih dengan kesenangan, popularitas dan kebahagiaan yang diraihnya. Orang arif dan bijaksana adalah orang yang bisa menafsirkan kondisi sulit dan pahit, menjadi suatu proses pematangan menuju kebahagiaan. Tidak ada orang sukses tanpa hambatan. Sebaliknya orang yang kerdil adalah orang yang gelisah dengan adanya tantangan, kepahitan dan kegagalan.
Ada dua kelompok manusia dalam menyikapi kegagalan. Pertama orang yang selalu tersenyum dalam kondisi apapun termasuk ketika dihinggapi kegagalan. Karena menangis, meratap, apalagi melampiaskannya dengan cara destruktif tidak akan menciptakan keberhasilan, kecuali justru hanya akan melipatgandakan kesedihan yang sudah terjadi. Kedua, orang yang menyikapi kegagalan akan sangat reaktif, emosional, seakan-akan dunia sudah kiamat saat itu juga. Dia merasa jika kegagalan segera tidak ditumpahkan dengan kekesalan, amukan atau makian, maka selamanya dia tidak akan merasa menyesal seperti tiada harapan lagi esok hari.
Langkah manusia dalam kehidupannya bagaikan sebuah pengalaman mendaki gunung, pendakian sangat menanjak. Tetapi suatu waktu manusia akan berhenti untuk melihat sekitarnya, pandangan akan menjadi lebih luas. Manusia akan melihat jangkauan yang lebih luas dan "kekurangan" dari dunia yang ada di bawah akan nampak karena manusia akan melihat lebih tinggi dan mendalam. Dengan mendaki lebih tinggi lagi, manusia akan terlepaskan dari kepicikan yang ada di bawah. Manusia merasa lebih terang dan lebih bebas. Dan manusia terdorong lebih tinggi dengan semakin banyak keindahan yang dilihatnya.
Ingatlah janji Tuhan, Dia tidak akan memberikan kesulitan di luar batas kemampuan manusia...
(source : Arif Fahrudin)
1 comment:
Salaam alaikum. Semoga berbahagia sentiasa dunia akhirat tuan blog ini, orang2 membacanya dan semua kita, amiiin.
ma'assalaamah :)
Post a Comment