Melakukan perencanaan mungkin sudah suatu kewajiban dalam menjalani petualangan dan perjuangan hidup ini. Atau bahkan perencanaan di luar dugaan juga harus sudah terfikirkan sehingga kita mulai mempersiapkan sgalanya seolah-olah kita siap untuk menerima dan menjalani kejadian di luar perkiraan itu. Tidak semua hal-hal yang kita fikirkan terkadang terjadi, adakalanya hal yang tidak kita perkirakan justru terjadi.
Sehebat apapun kita memprediksikan resiko yang akan kita hadapi, bukan berarti kita siap menerimanya. Karena sebuah kejadian yang ada dihadapan adalah karena kehendakNya, hal itulah yang sering luput dari pemikiran manusia. Manusia bisa memprediksi resiko kerugian yang memakan harta benda ataupun bentuk material lainnya, namun manusia tidak bisa memprediksi umur yang ditandakan oleh nafas demi nafas yang sudah menjadi gerakan bawah sadar kita. Betapa yakinnya kita melihat ke depan saat keinginan kita telah terpenuhi, betapa percaya dirinya kita menjalani hari-hari yang secara tidak kita sadari apakah kita masih dapat menghirup segarnya udara dalam
Beberapa tahun yang lalu, saya pernah mengalami hal itu. Saat itu saya sangat yakin bahwa ibu saya (almarhum) kelak dapat sembuh dari penyakitnya. Saya luar biasa percaya bahwa saya mempunyai waktu untuk membahagiakan ibu saya seusai saya menyelesaikan pendidikan saya nantinya. Namun…., Tuhan berkehendak lain. Saya harus mengubur niat saya itu dengan menggantikan membahagiakannya di alam yang berbeda. Ibu saya sakit keras sejak saya masih duduk di bangku TK (
Betapa bodohnya saya sebagai manusia. Saya memperkirakan dan merencanakan hal-hal untuk masa depan sementara saya lupa dengan kejadian yang pasti terjadi. Masih banyak hal-hal lain yang menimpa diri saya dan saya masih juga terlena dengan hal yang pasti terjadi.
Satu demi satu menghilang tanpa ada dalam fikiran saya. Manusia hanya dapat merencanakan, bagaimanapun juga tetap Tuhan-lah yang menentukan. Seperti orang bijak berkata ‘pengalaman yang menyakitkan selalu mengandung pelajaran’. Seperti apapun kecewa dan sakit yang dirasakan terimalah dengan ikhlas dan tetap melangkah bersama sang mentari yang menanti (meskipun kita tak tahu apakah mentari esok masih bersinar….!)
1 comment:
menjadi anak yang berbakti nggak harus membalas budi orang tua sewaktu mereka masih hidup, kok.
kirim doa buat mama setiap hari, Mas.
Post a Comment