Mengobati kekecewaan atau kepedihan yang membekas di hati memang sulit. Setiap orang mempunyai cara yang berbeda-beda dalam mencari solusi untuk mengatasinya. Baik itu kegagalan rencana, kehidupan, bisnis, percintaan, ataupun masalah-masalah yang telah menjadikan kita larut bersamanya. Namun ada juga yang begitu menikmatinya sehingga tidak bisa berpisah darinya, seakan hal itu tidak mengganggu kehidupannya dan belum terfikir untuk memulai lembaran baru.
Disini saya merasakan kesulitan yang dialami ketika kita memang berada dalam posisi tersebut, bukannya saya berempati, tetapi karena saya juga sering mengalami kepedihan yang sebenarnya tidak saya inginkan. Sayapun yakin anda juga tentunya mungkin seringkali mengalaminya. Respon yang dirasakan dan dilakukan oleh diri kita pun berbeda-beda, karena melihat sepelik apa kepedihan yang di alami. Jika tidak melakukan perbaikan pada diri kita, dampaknya sangat berpengaruh pada cara kita menjalani hidup, seperti malas, tidak ada gairah, terlihat lesu, stress, frustasi (sampai-sampai jidat jadi sembilan kerutannya), dsb.
Jika tidak memperbaiki semua itu, kita akan semakin tertinggal. Jangan menganggap dunia sudah berhenti, tapi sadarilah bahwa kita berpijak pada bumi yang terus selalu berputar. Waktu yang telah berlalu, tidak dapat kembali. Orang bijak mengatakan, “Biarlah kehilangan sebuah harta karun daripada kehilangan waktu yang tidak dimanfaatkan”. Karena dimana pun tidak akan pernah ada yang menjual waktu, sementara ajal kita semakin dekat.
Pada intinya, jika kita ingin melenyapkan kepedihan itu segeralah membuat rencana dan bertindak. Allah masih memberikan keindahan dan warna warni yang akan kita lalui esok, apakah kita ingin menutup mata ketika keindahan itu sesungguhnya ada dihadapan ? Sikap optimis terkadang memberikan sebuah ide yang brilian dan bahkan melahirkan sebuah inovasi yang sangat luar biasa. Benjamin Franklin mengatakan, “Pengalaman yang menyakitkan selalu mengandung pelajaran”. Saya pribadi, tidak berani menyesali sebuah kepedihan meskipun itu karena kesalahan saya. Namun saya menganggap itu adalah proses mendapati sebuah kebaikan daripada kita mencoba mengelak dari kenyataan yang sesungguhnya telah terjadi.
2 comments:
bener banget mas..postiongannya mewakili suara hati nurani saya...
orang bijak bilang: pengalaman adalah guru yang terbaik
Post a Comment